Mengikuti Jejak Petualang TACKENDA
Sesuai janji, kami berkumpul di stadion Bahurekso Kendal tepatnya dirumah Antok simbara pukul 6 pagi. Meski sempat molor, akhirnya kami- 15 orang, berdiri melingkar di halaman stadion untuk memanjatkan doa selama perjalanan. Inilah Adventure Trail Country dengan jumlah peserta membludhak dengan tujuan Magangan - Boja - Medini - Gedung Songo - Umbul Sido Mukhti Ungaran, konon masuk dalam wilayah Medini. Sebuah tempat antah berantah buat saya yang tinggal di kota. Entah karena iming2 medan alam yang menantang, entah karena ini adalah kegiatan off road yang sungguh mengesankan.
Begitu start, kami sudah mulai dihadapkan dengan tanjakan on road yang lumayan sebagai pemanasan untuk jalur berikutnya. Beberapa peserta sudah terlihat menandak-nandak dengan sepeda mereka menunjukkan tenaga berlebih dan girangnya hati mereka. Sebagai akibatnya, seorang teman, berbadan besar dengan bobot tubuh cukup membuat si tunggangan marah, menuai akibatnya. RD belakang mencelat dan kemudian menakdirkannya untuk tinggal di tempat macam istri pasrah menunggui suami pulang bersenang2. Kejadian ini membuat saya menarik sebuah pelajaran moral pertama hari itu, jika kau merasa bahagia tak kepalang, jangan kau jadikan benda lain sebagai ungkapan bahagiamu. Ingat lagu, “If you’re happy and you know it, clap your hands”. Tepuk tangan cukup sudah menandai hati bahagiamu.
Lega setelah melewati jalan sempit, akhirnya kita menemukan juga jalan on road biasa. Beberapa diantara kami sudah berteriak lega. “Akhirnyaaaa…sampai juga kita di peradaban baru”. Hahahaha… berlebihan rasanya. “Google map pasti tidak mencantumkan lokasi kita tadi,” sahut yang lain. Yang terakhir jelas2 meremehkan keakuratan peta yang sudah diakui banyak kalangan.
Rute medan mulai terasa warna aslinya. Terkadang on road tapi penuh tanjakan, off road dengan hiburan pohon2 karet dan gelimpang pohon pisang, baik kurus atau gemuk, plus bonus akar pohon gendhut yang melintang, menghajar ban sepeda saya yang sudah mulai keropos. Kelebihan kami, para anggota komunitas pecinta pompa adrenalin adalah, meski peluh membanjir sekujur tubuh, rumput jarum menghajar paha dan kaki mereka yang bercelana jersey, kami tetap narsis dan penuh dengan tawa. Saling mengingatkan satu sama lain jika ada kamera mengarah pada kami. Pelajaran moral saya tarik disini, apapun keadaanmu, sekuyu daun pisang yang sudah lepas dari tangkai dan dihajar matahari pula, senyum dan gerak reflex sadar kamera adalah suatu keharusan.

Seperti yang saya bilang, perjalanan ini sangat tidak bisa diprediksi—hanya bisa dilakukan oleh pemilik trek. Tiba2 saja kami tiba di sebuah jalan setapak selebar kurang lebih satu meter, on road pula. Horeeee… tidak masalah apakah jalan ini akan membawa kami ke medan lebih mustahil nantinya. Tapi syukurlah, itulah akhir dari perjalanan panjang melelahkan. Sisa perjalanan hanya jalan datar dengan pemandangan menakjubakn hutan karet di kiri kanan dan turunan, waaaaaaaa…. Saya yakin, hanya sedikit diantara kami yang punya penyakit turunan, sebagian besar dari kami mempunyai penyakit tanjakan, terutama dengan dengkul pas2an seperti saya.
Perjalanan berakhir di rumah seorang teman yang sangat baik hati melibatkan seluruh keluarganya menyambut kedatangan kami. Sambutan berupa formasi menu satu panci besar nasi, sepanci tahu bacem, sepanci tempe goring dan sepanci trancam. Tidak ketinggalan ikan asin yang langsung menjadi idola diantara kami. Terlihat dari mobilitas wadah ikan asin yang berputar kesana kemari. Menu lezat untuk mengobati dengkul lemas dan tenaga terkuras selama perjalanan. Seorang teman yaitu Antok Simbara yang naas karena Bos roda belakang yang ancur tidak ketinggalan menyambut kami dengan pandangan iri dan sendu ketika memandang motornya huakakakaka . Sebuah perpaduan yang membuat kami tak habis mencemooh, membesarkan hatinya sekaligus membuatnya tersedak keki dengan kata2 kami, hahahaha….
Thanks to Lik Doel (Evakuasi) and Bude Yanti (Medis) yang sudah menjadi guide yang baik plus hidangan peredam kelaparan. Mas Joko and Antok Simbara untuk Evakuasinya, Mas Agung (Ketum Tackenda) atas Dukungannya, dan semua temen - temen Tackenda Bang Ari, Adi Kacang, Mbak Ninik, Keling, Gembus, Gogon, Mas Bayu, Pakdhe Bedur, Benjut, Untung, Aq sendiri yang sudah memnjadi fotografer dadakan sekaligus kameraman dan sekaligus tagger untuk segala foto teraplot di fb. Teman2 yang tak bisa saya sebut satu persatu yang terus memberi semangat dalam keadaan lemas tak berdaya, yang mendoroong motor saya, membantu saya ketika gravitasi bumi dengan kejam menyedot saya ampe glansuran wakakaka, masuk got, masuk rendsaman kerbau dll. Thanks.. Tackenda thanks.. thanks….. wish to have another xc with you all another time.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
-
Kembali Turun, Kasus Aktif Covid-19 di Jakarta 5.246 Pasien - quot;Sehingga jumlah kasus aktif kini sebanyak 5.246 (orang yang masih dirawat/isolasi),quot; ujar Dwi.
-
Bikin Tak Tega Melahapnya, Seniman Mesir Buat Lukisan Unik dari Bahan Makanan - *Liputan6.com, Jakarta* Jika melihat makanan estetik di atas meja yang dihiasi lukisan, apakah Anda akan tega menghancurkan dan melahap setiap elemennya?...
-
Begini Proses Evakuasi Korban Longsor Tambang Emas di Bolmong - Hari ini tepat sepekan pasca longsor di tambang ilegal Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Beginilah situasi terkini proses evakuasi di lokasi tam...
-
Puan: Ganjar Vs Rukma Dinamika Politik Wajar - . SEMARANG, suaramerdeka.com - Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengaku belum mengetahu kabar adanya ketidakharmonisan antara Gubernur Jateng Ganjar Pranowo…
-
-
-
-
0 komentar:
Posting Komentar
Isi Salam Lumpur Mas brow